“Bagaimana mungkin kau
akan menikahinya?”
“Aku
akan tetap menikah dengannya, apa pun alasannya!”
“Tapi,
tapi perempuan itu. . .” perempuan paruh baya yang tidak lain ibunya sendiri tak
kuasa melanjutkan kalimatnya. Anak lelakinya terlanjur membawa perempuan
pilihannya pulang. Hal paling tepat yang harus ia lakukan hanya menyediakan
kamar pribadi bagi calon menantunya. Anak lelakinya membuat peraturan sendiri
untuk kunjungan ke kamar calon pengantinnya itu. Ia akan mengunjungi ketika
rembulan tanggal lima belas terbit. Ibunya akan mengunjungi setiap hari untuk
memastikan calon menantunya itu baik-baik saja dan merasa betah tinggal di
kamar yang ranjangnya berkelambu putih.
Ibunya
akan mengurus semua keperluan calon menantunya. Ia mulai membelikan pakaian dan
perlengkapan rias. Ibunya juga yang akan mengenakan pakaian itu dan
memandikannya. Meskipun ia tak pernah sepenuh hati melakukannya, tetapi ia akan
melakukannya untuk anak semata wayangnya. Sati, seorang pembantu mereka akan
mengirim sarapan, makan siang dan makan malam pada jam-jam tertentu serta
membersihkan kamarnya. Keduanya seolah melayani seorang putri yang didatangkan
dari kerajaan Majapahit.