Jumat, 23 Januari 2015

DARI KEJAUHAN: KULIHAT BUDDHA GAUTAMA



            Dari kejauhan, batu di tengah laut itu, tepatnya beberapa meter dari bibir pantai tampak seperti patung Buddha Gautama. Panorama ini dapat kita saksikan di Pantai Nampu, Wonogiri. Saya dan kawan-kawan berangkat dari Yogyakarta pukul 11 siang, dan menempuh perjalanan selama 6 jam, di luar perkiraan awal. Hal ini dikarenakan cuaca yang kurang mendukung dan beberapa halangan yang terjadi di jalan. Hujan menemani perjalanan kami dari Wonosari hingga tiba di lokasi. Kami bersembilan menuju ke lokasi dengan kendaraan bermotor.  

            Untuk menuju Pantai Nampu sendiri, jalanan yang kami tempuh cukup terjal dan naik turun serta beberapa tikungan tajam. Survivor deh pokoknya! Kalau teman-teman pernah naik Jet Coster, nah, seperti itulah rasanya. Terlebih di beberapa daerah kami menjumpai jalanan berlubang. Tetapi teman-teman tidak akan menyesal begitu memasuki perjalanan yang mulai memasuki Pantai Nampu. Sekitar 18 kilo menuju Pantai Nampu teman-teman akan menyaksikan gunung dengan batu karang di sepanjang jalan. Batu itu memiliki rongga seperti halnya batu karang yang terdapat di pantai-pantai.

Senin, 12 Januari 2015

Review


GUBERNUR NYENTRIK DI TANGAN SANGGAR ARCANA: REFLEKSI KRITIK SOSIAL ALA DONGENG

Oleh: Weda S. Atmanegara



       Sama halnya dengan karya sastra yang lain, drama pun memiliki kewajiban untuk menyampaikan pesan kepada para pembacanya. Dalam hal ini, drama dapat menyampaikan pesan melalui sebuah pementasan. Artinya, dari naskah (teks) dibawa ke atas panggung lengkap dengan aktor, setting, lighting dan pendukung pentas yang lain. Melalui pementasan, naskah drama akan lebih mudah menyampaikan pesan kepada para penikmatnya (penonton). Sebab, pementasan tersebut akan melaporkan berbagai macam peristiwa dari naskah yang diangkat menjadi sebuah adegan dengan cara yang khas.

       Membaca naskah Gubernur Nyentrik (Episode: Negeri Para Pelupa) untuk pertama kalinya, saya merasa dilempar pada beberapa adegan yang menurut saya hanya sebagai tempelan dan tidak memiliki penghubung yang baik. Namun di tangan Sanggar Arcana, usai menjalani proses dan menikmati pementasannya, saya merasakan kerja naskah yang sesungguhnya. Beberapa perubahan dan penambahan yang dilakukan dalam penggarapan naskah membantu menghubungkan fragmen-fragmen yang sempat terpenggal dan hanya menjadi tempelan. Meskipun demikian masih ada beberapa titik, peristiwa-peristiwa dalam adegan tersebut masih menjadi fragmen-fragmen yang tidak memiliki jembatan penghubung yang baik. Namun dari hasil pementasan, tampak bahwa Sanggar Arcana telah berusaha menampilkan teks sebagai sesuatu yang dimainkan. 
prev next