GUBERNUR
NYENTRIK DI TANGAN SANGGAR ARCANA: REFLEKSI KRITIK SOSIAL ALA DONGENG
Oleh: Weda S.
Atmanegara
Sama halnya dengan karya sastra yang
lain, drama pun memiliki kewajiban untuk menyampaikan pesan kepada para
pembacanya. Dalam hal ini, drama dapat menyampaikan pesan melalui sebuah
pementasan. Artinya, dari naskah (teks) dibawa ke atas panggung lengkap dengan
aktor, setting, lighting dan pendukung pentas yang lain. Melalui pementasan,
naskah drama akan lebih mudah menyampaikan pesan kepada para penikmatnya
(penonton). Sebab, pementasan tersebut akan melaporkan berbagai macam peristiwa
dari naskah yang diangkat menjadi sebuah adegan dengan cara yang khas.
Membaca naskah Gubernur Nyentrik (Episode: Negeri Para Pelupa) untuk pertama
kalinya, saya merasa dilempar pada beberapa adegan yang menurut saya hanya
sebagai tempelan dan tidak memiliki penghubung yang baik. Namun di tangan
Sanggar Arcana, usai menjalani proses dan menikmati pementasannya, saya
merasakan kerja naskah yang sesungguhnya. Beberapa perubahan dan penambahan
yang dilakukan dalam penggarapan naskah membantu menghubungkan fragmen-fragmen
yang sempat terpenggal dan hanya menjadi tempelan. Meskipun demikian masih ada beberapa
titik, peristiwa-peristiwa dalam adegan tersebut masih menjadi fragmen-fragmen
yang tidak memiliki jembatan penghubung yang baik. Namun dari hasil pementasan,
tampak bahwa Sanggar Arcana telah berusaha menampilkan teks sebagai sesuatu
yang dimainkan.