Selasa, 23 September 2014

PERJALANAN BATIN MEMAHAMI: DIRI SENDIRI, CINTA, DAN NEGARA


       Novel Maya karya Ayu Utami merupakan bagian dari Seri Bilangan Fu, setelah sebelumnya terbit novel besar Bilangan Fu dan dua novel Seri Bilangan Fu, Manjali dan Cakrabirawa serta Lalita. Novel Maya dalam Seri Bilangan Fu yang ketiga ini menghubungkan Seri Bilangan Fu dengan novel dwilogi Saman dan Larung. Tokoh-tokoh dalam novel Maya merupakan tokoh-tokoh besar novel Bilangan Fu seperti Parang Jati, Suhubudi dan tiga tokoh lain yang hadir dari novel dwilogi Saman dan Larung; Yasmin, Saman dan Larung.

Bila dalam novel Bilangan Fu lebih filosofis, seri Maya ini lebih merupakan perjalanan batin untuk banyak pemahaman. Pemahaman akan diri sendiri, cinta, dan negara. Perjalanan batin ini bermula ketika Yasmin menerima tiga pucuk surat dari kekasih gelapnya, Saman, setelah Saman dinyatakan hilang selama dua tahun. Bersama suratnya, aktivis hak asasi manusia itu juga mengirimkan sebutir batu akik. Untuk menjawab peristiwa misterius itu Yasmin yang sesungguhnya sangat rasional dan kurang mempercayai hal-hal mistis datang kepada seorang guru kebatinan, Suhubudi. Di padepokan guru kebatinan yang sekaligus ayah Parang Jati, diketahui dulunya seringkali didatangi oleh Saman yang sebelumnya bernama Frater Wisanggeni. Batu akik itu sendiri, Saman dapatkan dari Parang Jati saat dirinya masih seorang frater.


Perjalanan batin yang dikisahkan dalam novel tersebut syarat dengan nilai spiritual mistis, yang membuat Yasmin harus percaya hal-hal yang menurutnya tidak rasional. Seperti ketika ia kemudian mulai mencintai tokoh Maya yang digambarkan sebagai seorang perempuan cebol dengan rambutnya yang serat-serat bening dan gigi-giginya yang ringis. Maya, seorang perempuan dari anggota sirkus Klan Saduki yang umumnya berisi makhluk-makhluk aneh dan tidak diterima di masyarakat. Tetapi makhluk-makhluk tersebut justru mendapat ruang yang layak di lingkungan padepokan Suhubudi. Yasmin tersihir oleh cinta yang aneh terhadap Maya saat perempuan berkaki pendek tersebut memerankan sebagai Sita dalam sendratari Ramayana. Perempuan yang selalu menyebut Semar sebagai Eyang Semar, Mahaguru yang memberi martabat pada wujud-wujud tidak rupawan. Cinta yang tumbuh itu mengingatkan Yasmin akan cinta Saman kepada Upi, seorang perempuan abnormal yang kepalanya menyerupai kepala ikan. Keberadaan Yasmin di padepokan Suhubudi, tak lain juga adalah karena rasa cinta. Rasa cinta pada kekasih gelapnya. Saman.

Perjalanan yang terjadi dalam novel tersebut, juga melempar kita pada masa Reformasi 1998. Di mana keruntuhan tersebut diakibatkan dari sebuah batu akik Semar yang tidak segera ditemukan oleh presiden pada masa itu. Batu akik yang ditemukan Parang Jati, yang kemudian diberikan kepada Frater Wisanggeni atau Saman merupakan batu yang dibicarakan di pasar batu akik karena batu tersebut sangat diharapkan dapat mempertahankan kursi presiden pada masa orde baru. Akhirnya, perjalanan batin dalam memahami sebuah negara, harus kembali dikaitkan dengan hal-hal mistis. Seolah kedudukan diktator sebagai petinggi negara harus mendapat restu dari batu tersebut. Tetapi Yasmin sebagai tokoh yang rasional, akhirnya harus mengikuti arus yang terjadi pada saat itu dan rela anaknya menjadi korban pencurian Si Tuyul yang berkeinginan mencuri batu akik yang ada padanya.

Pemahaman terhadap rasa cinta yang ditawarkan dalam novel tersebut juga memiliki rasa yang beraneka ragam. Bagaimana kemudian akhirnya Yasmin dapat mencintai Maya seperti Saman mencintai Upi. Seperti ketika Yasmin mulai memandang jiwa Saman ada pada Samantha, bayi kecil yang diyakini hasil hubungan gelapnya dengan Saman. Bagimana akhirnya ia membuat pengakuan: Akhirnya aku bisa mencintaimu dengan cinta seorang perempuan kepada lelaki yang dilukai. Perlahan-lahan aku akan mengerti tentang ketelanjangan yang pernah kau katakan. Ialah ketelanjangan di mana birahi tidak dicari, tapi juga tak disangkai. Ada cinta di mana kita tak menyentuh (Utami, 2013: 247). Bagaimana akhirnya dalam perjalanan tersebut Yasmin mengenal Parang Jati yang menjawab teka-teki tentang keberadaan Saman. Tentang rasa cinta yang akhirnya membuat Yasmin menemukan peta kehidupannya sendiri di padepokan Suhubudi.


0 komentar:

Posting Komentar

prev next